Gambar di atas merupakan tulisan pertama saya yang dimuat di majalah kampus bernama Gaung. Sejujurnya, saya tidak percaya diri dengan tulisan yang saya buat. Biasanya, saya hanya sekadar menyunting tulisan orang lain saja. Saya memang sedang terlibat sebagai penyunting di majalah kampus milik himpunan mahasiswa jurusan saya. Namun, saya tak pernah berpikiran untuk memuat tulisan saya di majalah kampus tersebut.
Suatu hari, saya ikut kelas teman saya--yang sebenarnya saya tidak mengambil mata kuliah tersebut. Waktu itu, saya hanya ingin mengerjakan tugas dan "ngadem" di kelas. Pemimpin umum majalah Gaung tersebut, Kawkab, duduk di sebelah saya dan mengajak saya berdiskusi kecil mengenai Gaung. Ada satu tema yang tiba-tiba terlintas di pikiran saya, yakni bahasa Indonesia di Ukraina. Salah satu sahabat saya, Aya, kebetulan baru saja pulang dari Ukraina setelah hampir empat bulan magang di KBRI Kiev, Ukraina. Ia bercerita, banyak masyarakat Ukraina tertarik untuk belajar bahasa Indonesia. Bahkan, bahasa Indonesia menjadi salah satu jurusan di Universitas Taras Shevchenko, Kiev.
Saat rapat redaksi, Kawkab mengatakan saya perlu menuliskan ide saya mengenai bahasa Indonesia di Ukraina. Saya sedikit ragu mengingat saya bukan orang yang suka mempublikasikan tulisan sendiri. Namun, ia tegas mengatakan, saya perlu keluar dari zona nyaman agar saya berkembang. Waktu itu, ada sekian topik yang ingin dibahas pada buletin mingguan: Bahasa Indonesia di Ukraina, Liputan Pidato Kebudayaan di TIM, dan Kajian Makna Tuturan Ratna Sarumpaet. Saya pun akhirnya memilih untuk membahas Bahasa Indonesia di Ukraina dengan judul "Menggali Indonesia di Ukraina".
Bagaimana perasaan saya setelah tulisan saya diterbitkan di kampus?
Saya merasa was-was, deg-degan, takut, tetapi ada perasaan bangga dan terharu mengingat ini tulisan pertama saya. Beberapa teman berkomentar, baik positif maupun negatif, justru menyuntikan semangat kepada saya agar giat menulis lagi. Semoga saya "istikamah" dalam menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar