Senin, 25 Februari 2019

Random Thoughts: 20.17

Sudah satu pekan sejak terakhir bimbingan bersama dosen pembimbing, saya masih belum memiliki niat untuk melanjutkan skripsi--atau sekarang tugas akhir.

Apakah setiap mahasiswa memiliki permasalahan yang sama, yakni stuck saat menulis tugas akhir? Saya sedang mengalami permasalahan itu. Sebenarnya, saya sudah mengalami demotivasi sejak penulisan proposal tugas akhir. Topik saya ditolak berkali-kali. Teman-teman yang memberi semangat justru menjadi toxic positivity untuk saya. Saya secara tidak sadar menolak menerima energi semangat dalam bentuk apa pun untuk menulis tugas akhir. Bahkan, saya sempat menyimpan ponsel di laci meja belajar agar tidak berinteraksi dengan siapa pun.

Toxic positivity semakin meningkat ketika angkatan saya mendapat informasi mengenai dosen pembimbing selama tugas akhir. Semua orang menyemangati saya melalui pesan singkat karena saya mendapat dosen pembimbing yang sangat ditakuti seantero angkatan. Saat itu, saya semakin terpuruk. I assumed that everybody laughed at me. I hate you, guys. Namun, siapa yang harus saya salahkan? Saya tidak memiliki hak untuk membenci semua orang akibat takdir saya.

Sahabat saya--yang bagi saya satu-satunya orang yang tidak memberi toxic positivity--memberi sebuah pesan singkat, "Girl, life happens. Sesusah-susahnya fase hidup ini, kamu punya teman-teman yang selalu mem-back up kamu. Kamu nggak perlu takut sendiri karena kita hadapi hidup ini sama-sama. You have all your support system! Back to emotionally stable, my girl!"

Saya tidak dapat memastikan apakah kata-kata itu benar sampai pada hari pertama bimbingan. Beberapa teman menanyakan perihal bimbingan pertama saya--entah karena peduli atau sekadar kepo saja. Salah satu teman jurusan saya tiba-tiba datang dan menemani saya yang sedang khawatir menunggu saat bimbingan. Saat itu, saya sedikit terharu karena ternyata ia begitu peduli pada saya. Bimbingan pertama ternyata saya lalui dengan mudah, walaupun sempat ada beberapa drama--seperti menunggu berjam-jam untuk bimbingan, dsb. Dosen pembimbing justru memberikan masukan-masukan secara to the point dan kekhawatiran saya tidak terjadi.

"...Yang kau takutkan takkan terjadi..." (Kunto Aji - "Rehat")

Walaupun demikian, rasa demotivasi saya belum juga hilang. Hal itu membuat saya tidak mau melanjutkan penulisan tugas akhir. Padahal, saya harus mengumpulkannya pada awal April nanti. Rasanya, semua sudah terkuras saat saya menulis proposal tugas akhir. Bayangkan saja, saya menulis proposal tugas akhir sebanyak 18 lembar, sedangkan teman-teman saya hanya 6--7 lembar! Namun, seharusnya, hal itu bukanlah menjadi suatu alasan bagi saya untuk berhenti menulis tugas akhir.

Mengapa lulus dari kampus terasa sulit sekali?

Atau mungkin kesulitan itu justru datang dari diri saya sendiri?

Entahlah. Saya hanya berharap dapat secepatnya menulis tugas akhir dan lulus dari kampus ini. Segera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar