Apakah kamu pernah ingin menangis tanpa tahu penyebabnya?
Sudah hampir sebulan ini, aku merasa gelisah. Kegelisahan itu terus membebani pikiranku sampai aku tak tahan lagi. Bahkan, beberapa minggu terakhir, aku sering bermimpi orang-orang di sekitarku--teman dekat, sahabat, keluarga, atau justru orang-orang yang tidak dekat denganku. Aku merasa hidupku hampa dan sia-sia.
Mengapa hatiku selalu tak tenang. Aku sangat benci keadaan seperti ini. Aku ingin marah, tetapi tak tahu harus pada siapa. Pada Tuhan-kah? Mengapa aku berkata seperti itu? Kan, katanya Tuhan Maha Pembolak-balik Hati. Apa Tuhan sedang mempermainkan perasaanku?
Tak berapa lama, aku kembali tersenyum damai. Aku menjalankan hari-hariku seperti biasa. Menikmati keindahan angin sepoi-sepoi di depan rumah, melihat anak kecil yang berlarian di sepanjang kompleks, mendengar deru mesin pembuat es batu yang berada di sebelah rumah, atau menggoda kucing milik tetanggaku--lalu, aku segera terbirit-birit karena sesungguhnya aku takut pada kucing.
Malam-malam, biasanya aku merebahkan tubuh di kasur sambil menatap langit-langit kamar. Sebelum memejam mata, aku sering memikirkan apa yang sudah kulakukan hari ini. Kemudian, aku ingin menangis. Aku pun heran. Apa yang sudah kuperbuat hari ini? Mengapa aku menangis? Rasanya, hari ini tidak ada kesalahan yang kubuat.
Yang kutahu, aku kecewa. Aku kecewa pada Tuhan. Mengapa Dia sering memainkan perasaanku?
"Mau kecewa ke Tuhan, tapi gak enak. Nyatanya, banyakan Dia yang kecewa ke saya." (Baiq, 2017: 11).
Kamu kuat. Kamu hebat. Kamu punya rasa sabar yang seluas-luasnya. Ujar seorang teman.
Nyatanya, aku tak sesabar yang kamu pikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar