Minggu, 29 Desember 2019

Potongan Berarti di 2019

Saat perjalanan menuju kantor, aku selalu menyempatkan diri mendengar radio Prambors. Pagi itu, program pagi mereka--Desta and Gina in The Morning--melemparkan sebuah topik yang membuatku berpikir: pencapaian apa yang sudah lo dapatkan di tahun 2019? Pertanyaan itu membuat pikiranku seperti film yang kembali diputar. Apa yang sudah kulakukan selama setahun ini? Apakah itu sebuah pencapaian?

Kalau boleh kukatakan, 2019 menjadi tahun yang cukup mengesankan untukku. Banyak tanggung jawab yang harus "dipertanggungjawabkan". Aku tidak menyangka bisa melalui tahun ini dengan lapang dada. Dalam tulisan ini, izinkan aku untuk memanggil memoriku kembali apa yang telah terjadi di tahun 2019.

Januari
Sebagai mahasiswa tingkat akhir, aku diminta untuk segera lulus. Untuk itu, Prodi mengumumkan bahwa mahasiswa tingkat akhir harus membuat TA sebagai prasyarat mendapatkan gelar S.Hum. Aku pusing sekali. Teman-temanku terlihat sudah mempersiapkan dengan baik, sedangkan aku masih bingung memikirkan apa yang harus kugali dari peminatan linguistik ini. Judul-judulku sempat ditolak oleh Prodi dan itu sangat membuatku depresi. Aku bahkan sampai tidak ingin berinteraksi dengan siapa pun. Namun, tiga hari menjelang pengumpulan proposal TA, aku bisa memecahkan masalah itu dengan rasa lega.

Februari
Aku ingat sekali betapa mengesalkannya membuat paspor di Kantor Imigrasi. Waktu itu, antrean sangat panjang sehingga aku harus menunggu lebih dari dua jam. Namun, ketika dipanggil, permohonan pasporku ditolak karena aku tidak membawa surat-surat asli. Aku tahu, itu semua kelalaianku karena tidak membawa surat-surat asli. Di tengah-tengah kekesalanku, aku mendapat kabar tentang dosen pembimbing dan... aku akan dibimbing oleh salah satu dosen yang mungkin ditakuti di Prodi-ku. Saat itu, aku terlalu takut kalau aku tidak bisa memenuhi ekspektasi Beliau. Namun, berkat Beliau, aku belajar untuk melawan rasa takutku. Bahkan, sekarang aku merasa bangga untuk mengatakan kepada semua orang kalau penulisan TA-ku dibimbing oleh Beliau.

Maret
Untuk menunjang TA, aku rela bulak-balik Condet-Ampera-Depok selama kurang lebih tiga minggu berturut-turut. Perjalanan yang cukup melelahkan karena harus mencari data-data untuk TA-ku dari ribuan data yang tersedia. Di tengah-tengah perjalanan itu, aku sempat bosan dan ingin menyerah karena aku merasa progress-ku sangat lambat daripada teman-teman yang lain. Data-data yang kudapatkan juga cukup sulit untuk dianalisis. Tetapi, dosen pembimbingku sangat berbaik hati untuk terus mengarahkanku ke jalan yang terang. Selain itu, aku juga punya orang tua dan teman-teman yang sangat mendukungku dalam pengolahan data ini. Aku pernah dengar--entah siapa yang mengatakannya padaku, "Jangan bandingkan kamu sama yang lain. Semua orang punya perjuangannya masing-masing".

April
Akhirnya, Prodi mengumumkan siapa para dosen pembaca yang siap menguji TA mahasiswanya. Dan, ya! Aku mendapatkan dua profesor dari dua departemen yang berbeda untuk menguji TA-ku. Kau tahu rasanya? Aku merasa seperti mendapatkan bom. Di awal, aku sudah sangat takut tidak bisa memenuhi ekspektasi dosen pembimbingku. Lalu, aku semakin takut tidak bisa memenuhi ekspektasi dua profesor ini. Walaupun begitu, aku sangat bangga. Artinya, Prodi sangat percaya bahwa aku bisa melewati ini semua dengan baik karena hanya aku satu-satunya mahasiswa yang diuji dengan dua profesor sekaligus. 

Mei
Bulan Mei memasuki bulan Ramadan dalam kalender Hijriyah. Setelah enam kali bulan Ramadan, tahun ini adalah tahun pertamaku memasuki bulan Ramadan tanpa pasangan. Ya, kalian boleh saja menertawakanku. Aku pernah mengatakannya pada Nadya, sobi-ku, "Nad, setelah enam kali Ramadan punya pacar, ini tahun pertama gua nggak punya pacar." yang kemudian dibalas olehnya, "Setelah enam kali Ramadan tanpa pacar, ini tahun pertama gue punya pacar. Wah, dunia berputar, ya." Ya, dia memang menyebalkan sekali. Namun, aku sangat bersyukur bisa melewati Ramadan tahun ini dengan tenang. Aku bisa fokus beribadah dan menyelesaikan TA tanpa berkewajiban menunaikan bukber-bukber yang cukup menguras dompet. 

Juni
Pada bulan ini, aku mulai melakukan tur fakultas. Aku pergi dari fakultas ke fakultas untuk memberikan selamat kepada teman-temanku atas kelulusan mereka. Aku senang sekali menghampiri mereka, melihat senyum lega mereka ketika keluar ruang sidang, memberikan selamat, berfoto bersama, dan berbincang-bincang. Tur fakultas ini menjadi ajang silaturahimku dengan teman-teman terdekat, mulai dari teman SD--kuliah, yang mungkin kesempatan ini jarang sekali ditemukan. Yang kuingat, aku menghampiri Fairuz (FTUI), Naomira (FTUI), Destri (FEBUI), Alfredo (FIAUI), Giani (FIBUI), Fajar (FEBUI), Evan (FEBUI), dan Dita (FTUI). Tur fakultas ini membuat orang-orang bertanya padaku, "Desty, nyamperin sidang orang mulu. Lo sendiri kapan sidangnya?"

Juli
Aku sidang pada tanggal 1 Juli 2019. Cerita sidangku bisa dibaca di sini. Aku tak menyangka bahwa banyak orang yang menghampiriku setelah aku keluar dari ruang sidang--karena aku selalu berasumsi kalau aku tidak punya banyak teman. Tetapi, yang paling membuatku senang adalah kedatangan orang tua-ku saat sidang. Oh iya, kautahu, TA ini sangat menguras separuh hidupku di tahun 2019? Jadi, wajar saja apabila tujuh bulan pertamaku di tahun 2019 selalu berkaitan dengan TA dan kelulusanku. Pada bulan ini pula, aku berkesempatan untuk mempresentasikan hasil TA-ku di simposium pertamaku, yakni Inusharts (International University Symposium on Humanities and Arts), yang mungkin perjalanannya akan kuceritakan di konten lain.

Agustus
Bulan Agustus menjadi bulan yang sangat membahagiakan. Tanggung jawab yang harus dipertanggungjawabkan akhirnya tuntas. Aku resmi diwisuda dari Universitas Indonesia dengan predikat cum laude. Alhamdulillah. Jujur, selama wisuda aku cukup pusing melihat banyak orang dan terasa ramai sekali, baik di Balairung maupun di Lapangan Rotunda. Setelah wisuda selesai, orang tua-ku tidak bisa menemaniku bertemu teman-teman yang lain karena sudah janji dengan saudara untuk menjadi among tamu di acara pernikahannya. Sebagai pengganti orang tua-ku, aku ditemani oleh Ajeng, Eric, dan Hamzah. Aku sangat berterima kasih kepada mereka karena kalau tidak ada mereka, mungkin aku sudah menangis di Rotunda dengan segala kerepotan hidupku waktu itu. Cerita wisuda akan kubahas nanti, ya!

September
Mungkin ini rezeki untukku karena alhamdulillah aku langsung dipercaya untuk bekerja sebagai anak magang. Setelah lulus kuliah, aku langsung magang di Ruangguru. Ini adalah kali pertama aku bekerja sebagai orang kantoran. Biasanya, pengalaman kerjaku hanya sebatas mengajar atau menjadi annotator untuk kebutuhan linguistik komputasional. Tiga minggu pertamaku sangat berat. Bahkan, aku pernah menangis di kantin dan di toilet--hehehe. Saat itu, aku mungkin shock dengan cara kerja di kantor. Aku pernah terpikir untuk resign dari kantor itu, tetapi salah satu sahabatku, Ichsan, suka menguatkanku lewat pesan singkat di WhatsApp. Dia pernah bilang, "When everything goes down, just bring it on with your brightest smile. Kamu bakal dapat banyak hal, bahkan lebih dari yang kamu minta." Kata-kata itu yang terus menguatkan aku hingga aku menyelesaikan kontrak magangku. Jadi, Ichsan sangat berperan penting selama aku menghadapi kehidupan magang. Terima kasih, Ichsan!

Oktober
Aku pernah melewati malam terburuk di tahun 2019 yang tak ingin kuulang lagi. Pada pekan pertama Oktober, Papiku sakit. Saat itu, Papi mungkin kelelahan mengurus pabrik sehingga hipertensinya kumat. Papi sempat diinfus sebentar di IGD, tetapi ia tidak mau dirawat di sana. Tidak nyaman, katanya. Papiku sempat sehat setelah kedatangan sahabatku, Syifa, seorang mahasiswi koas FKUI dan kesayangan keluargaku. Namun, kondisi Papi kembali nge-drop pada pekan kedua. Waktu itu, aku dihubungi Kakakku untuk pulang lebih awal karena Kakak akan pulang larut malam. Sesampainya di rumah, aku langsung memastikan kondisi Papi yang sudah tertidur. Malam itu, entah kenapa aku sulit sekali tidur, seperti ada saja yang harus kupikirkan. Sekitar pukul 23.00, tiba-tiba Kakak mem-WhatsApp yang membuatku stres. Ia mengatakan bahwa ia ditabrak orang dan sedang berada di IGD. Malam itu, aku bingung sekali. Aku ingin menghampiri Kakak, tetapi aku tidak bisa membawa kendaraan apa pun. Aku hampir menangis karena bingung harus berbuat apa. Akhirnya, kuputuskan untuk membangunkan kedua orang tua-ku yang sudah tertidur. Mami dan aku berangkat ke IGD untuk menghampiri Kakak. Malam itu sangat ironis bagiku, karena Mamiku tengah berulang tahun.

November
Perpindahan Departemen Impact di Ruangguru dari Kantor Saharjo ke Kantor Alun Graha membuatku merasa semakin dekat dengan orang-orang Impact, terutama dengan user-ku sendiri yang kuanggap love-hate relationship-ku (Hehehe). Entah kenapa, rasanya hubunganku dengan orang-orang Impact baru bonding ketika di Alun. Mungkin karena tempatnya tidak seluas di Saharjo sehingga membuat kami mengobrol satu sama lain. Sayangnya, pada akhir November, aku harus meninggalkan Impact karena masa magangku telah selesai. Satu minggu menjelang hari terakhirku, aku cukup sedih karena sadar akan kehilangan momen-momen bersama. Pada bulan November ini, aku harus berterima kasih kepada Kak Reza, user-ku yang menjadi alasan aku menangis di kantin pada tiga minggu pertamaku tetapi ia tidak pernah pelit ilmu selama aku magang di Ruangguru. Aku cukup terharu karena doi sangat perhatian padaku: ternyata, doi tahu kalau aku ini seorang Capricorn.

Desember
Aku pikir, aku akan menganggur selama bulan Desember. Tetapi, Yang Kuasa tidak bersedia memberikanku "libur". Alhamdulillah, aku mendapat tawaran menjadi freelance selama dua minggu di perusahaan start-up Datasaur. Aku menjadi annotator yang memberikan label NER dan POS untuk setiap data yang diberikan. Lagi-lagi, aku bersyukur dan berterima kasih kepada Pak Totok--dosen linguistik--yang telah memperkenalkanku linguistik komputasional sejak semester empat, serta berterima kasih kepada Nadya, Kak Karol, dan Koh Jansen yang telah mempercayakanku untuk mengerjakan proyek mereka. Aku senang karena disambut dengan baik di tempat baru ini walaupun keberadaanku hanya dua minggu. Pada bulan Desember ini pula, aku pernah berdoa agar aku diizinkan mendapatkan jawaban dari ribuan pertanyaan yang ada di kepalaku. Yang Kuasa ternyata menjawabnya, melalui inisiatif sobi-ku. Jadi, aku berterima kasih atas inisiatif gila yang telah dilakukan oleh sobi-ku. Akhirnya, aku bisa merayakan ulang tahun tanpa harus memikirkan ratusan pertanyaan sial itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar